Sebagai seorang pakar kamera digital dan kontributor senior di KameraDigital.co.id, saya telah mencoba berbagai jenis kamera dalam satu dekade terakhir. Dari flagship hingga model entry-level, namun Fujifilm X-T10 selalu memiliki tempat tersendiri. Meski dirilis pada 2015, kamera ini tetap digandrungi oleh fotografer pemula maupun semi-pro. Mengapa demikian? Artikel ini akan membahas detail performa Fujifilm X-T10, spesifikasinya, serta membandingkannya dengan model serupa agar Anda dapat memutuskan apakah kamera ini masih layak dimiliki di tahun 2025.
Desain dan Ergonomi: Sentuhan Retro yang Fungsional
Fujifilm X-T10 mengusung desain klasik yang memikat, mirip dengan kamera analog era 80-an. Bodinya berbahan magnesium alloy yang kokoh namun tetap ringan, hanya 381 gram (termasuk baterai dan kartu memori). Dial kontrol mekanikal untuk shutter speed, exposure compensation, dan mode pemotretan menjadi keunggulan ergonomi yang disukai oleh banyak fotografer manual.

Tersedia dalam dua pilihan warna, yakni hitam dan silver, desain X-T10 cocok untuk street photography karena bentuknya tidak terlalu mencolok namun tetap stylish.
Performa Sensor dan Kualitas Gambar
Ditenagai oleh sensor APS-C X-Trans CMOS II 16.3 megapiksel dan prosesor EXR Processor II, X-T10 menghasilkan gambar yang tajam dengan warna khas Fujifilm yang kaya dan natural. Teknologi X-Trans memungkinkan pencahayaan yang lebih akurat dengan noise minimal di ISO tinggi.
Kinerja ISO-nya cukup impresif, mulai dari ISO 200 hingga 6400 secara native, dan bisa diperluas hingga ISO 100 – 51200. Noise masih terkontrol baik hingga ISO 3200, menjadikannya pilihan menarik untuk pemotretan malam hari atau indoor.
Autofokus dan Kecepatan
Sistem autofokus hybrid 77 titik (kontras dan deteksi fase) membuatnya responsif dalam mengunci fokus, terutama di kondisi cahaya cukup. Kecepatan burst shooting mencapai 8 fps, cocok untuk fotografi aksi ringan seperti anak-anak bermain atau kegiatan outdoor.
Namun, AF-nya masih kurang cepat jika dibandingkan dengan kamera mirrorless masa kini yang sudah memakai AI tracking dan real-time eye AF.
Viewfinder dan Layar
X-T10 dibekali viewfinder elektronik (EVF) 2,36 juta titik yang terang dan responsif, sangat membantu saat memotret di bawah cahaya terang. Layarnya berukuran 3 inci dengan resolusi 920 ribu titik dan bisa di-tilt ke atas dan bawah, memudahkan saat memotret dari sudut rendah atau tinggi. Sayangnya, layar ini belum mendukung sentuhan, yang sudah jadi standar di kamera keluaran terbaru.

Konektivitas dan Fitur Tambahan
Terdapat Wi-Fi built-in yang memungkinkan Anda mentransfer foto ke smartphone menggunakan aplikasi Fujifilm Camera Remote. Sayangnya, belum tersedia Bluetooth dan tidak ada port untuk headphone monitoring—hal yang penting untuk videografer.
Mode film simulation seperti Classic Chrome, Velvia, dan Provia tetap menjadi daya tarik utama Fujifilm, memberikan look sinematik langsung dari kamera tanpa harus banyak editing.
Berikut adalah fitur khusus Fujifilm X-T10 yang membuatnya menonjol dibandingkan kamera sekelas, terutama pada saat perilisannya dan tetap relevan di 2025 bagi pecinta fotografi retro-modern:
🎯 Film Simulation Mode Khas Fujifilm
Salah satu fitur paling ikonik dari X-T10 adalah simulasi film klasik milik Fujifilm. Fitur ini memungkinkan fotografer mendapatkan hasil warna ala film analog langsung dari kamera, tanpa perlu editing berlebihan. Beberapa mode favorit:\n
- Velvia – warna tajam dan kontras tinggi, cocok untuk landscape.\n
- Provia – tone netral, cocok untuk all-around shooting.\n
- Classic Chrome – tampilan retro dan tone yang sedikit kusam ala film dokumenter lama.\n
- Astia – warna lembut untuk potret wajah.\n
⚡ Hybrid Autofocus System
X-T10 dilengkapi sistem Hybrid AF dengan 77 titik fokus yang menggabungkan phase detection dan contrast detection. Meski sudah ada sistem yang lebih canggih saat ini, namun Hybrid AF ini tetap cukup cepat dan akurat untuk kondisi cahaya baik.
📸 Manual Control Dial yang Lengkap
Fujifilm X-T10 sangat disukai oleh fotografer manual karena:
- Dial untuk shutter speed di bagian atas.\n
- Dial kompensasi eksposur.\n
- Selector switch mode (SR Auto, Manual, Aperture Priority, dll).\n
Hal ini memberikan sensasi “analog” yang autentik dan memudahkan pengguna mengatur semua setting secara intuitif.
🧠 Scene Recognition Auto Mode (SR+)
Mode ini membantu pemula dengan intelligent scene recognition, di mana kamera secara otomatis menyesuaikan pengaturan berdasarkan situasi (portrait, landscape, macro, night, dsb). Cocok untuk pengguna baru yang ingin hasil bagus tanpa banyak pengaturan teknis.
📶 Wi-Fi Transfer Langsung ke Smartphone
Fitur Wi-Fi internal memungkinkan pengguna mentransfer foto ke smartphone secara wireless menggunakan aplikasi Fujifilm Camera Remote, sekaligus bisa dijadikan remote shutter dari ponsel.
🔍 Focus Peaking & Digital Split Image
Untuk pengguna manual focus, X-T10 menawarkan fitur:
- Focus Peaking: memunculkan highlight warna pada area yang sedang fokus.
- Digital Split Image: menyerupai cara kerja viewfinder optik kamera film, berguna untuk akurasi fokus tinggi. Fitur ini sangat berguna saat menggunakan lensa manual, termasuk lensa-lensa vintage via adapter.

Tabel Spesifikasi Fujifilm X-T10
Fitur | Spesifikasi |
---|---|
Sensor | APS-C X-Trans CMOS II, 16.3 MP |
Prosesor | EXR Processor II |
ISO | 200-6400 (expandable 100-51200) |
Autofokus | 77 titik (Hybrid AF) |
Layar | 3″ LCD, 920K dots, tilting |
Viewfinder | EVF, 2.36 juta titik |
Burst Mode | 8 fps |
Video | Full HD 1080p, 60 fps |
Wi-Fi | Ya |
Bluetooth | Tidak |
Berat | 381 gram |
Baterai | NP-W126, hingga 350 foto |
Perbandingan dengan Kamera Serupa
Fujifilm X-T10 vs Fujifilm X-T30 II
- Sensor: X-T30 II sudah menggunakan sensor X-Trans IV 26.1 MP yang lebih modern.
- Autofokus: X-T30 II punya 425 titik AF dengan real-time eye tracking.
- Layar Sentuh: X-T30 II mendukung layar sentuh dan tilt touchscreen.
- Video: X-T30 II mampu merekam hingga 4K 30p.
Namun, X-T10 tetap unggul dari sisi harga dan desain retro yang lebih ikonik.
Fujifilm X-T10 vs Sony A6000
- AF Speed: Sony A6000 sedikit lebih cepat dalam AF tracking.
- Kualitas Gambar: Warna dari X-T10 lebih natural dan lembut.
- Ergonomi: X-T10 menawarkan kontrol fisik lebih banyak, cocok untuk fotografer manual.
- Video: Kedua kamera hanya mendukung Full HD, namun Sony punya frame rate 60p lebih stabil.
Masih Layakkah Fujifilm X-T10 di Tahun 2025?
Jawabannya: tergantung pada kebutuhan Anda. Bagi fotografer yang menyukai kontrol manual, desain retro, dan kualitas gambar khas Fujifilm, X-T10 masih sangat relevan. Meski tidak punya 4K video atau AI-tracking, performanya untuk foto jalanan, potret, hingga dokumentasi sehari-hari tetap mengesankan.
Apalagi harga second-nya kini sangat terjangkau, menjadikannya pilihan ideal bagi pemula yang ingin kamera mirrorless dengan cita rasa premium. Jika Anda mencari kamera dengan value tinggi untuk fotografi, Fujifilm X-T10 masih bisa disebut sebagai “hidden gem” bahkan di tahun 2025.