Review Fujifilm X-A2 : Kamera Mirrorless Ringkas Tetap Relevan di Tahun Ini

Mirrorless27 Views

Fujifilm X-A2 mungkin bukan nama baru di dunia kamera mirrorless, tapi pesonanya tak kunjung pudar. Dirilis pertama kali pada tahun 2015, kamera ini menyasar pengguna pemula hingga menengah yang ingin mencicipi kualitas gambar khas Fujifilm tanpa menguras dompet. Sebagai penulis dari situs kameradigital.co.id yang telah menjajal beragam kamera selama lebih dari satu dekade, saya akan membedah lebih dalam performa, fitur, dan kekuatan sesungguhnya dari X-A2. Apakah kamera ini masih layak di tahun sekarang? Mari kita ulas secara tuntas.

Desain dan Ergonomi Fujifilm X-A2

Fujifilm X-A2 mengusung gaya retro klasik khas Fujifilm, lengkap dengan sentuhan kulit sintetis dan bodi berbahan plastik yang ringan. Kamera ini sangat ergonomis untuk pengguna pemula yang baru terjun ke dunia fotografi, berkat bobotnya yang hanya sekitar 350 gram (dengan baterai dan kartu memori).

Kelebihan paling mencolok dari sisi desain adalah layar LCD 3 inci yang dapat diputar 175 derajat ke atas. Fitur ini menjadikannya sangat ideal untuk para vlogger atau pencinta selfie. Walau belum touchscreen, layar tersebut cukup tajam dan terang bahkan di bawah cahaya matahari.

Performa dan Kualitas Gambar

Fujifilm X-A2 dibekali sensor APS-C CMOS beresolusi 16.3 megapiksel tanpa filter low-pass. Kombinasi ini memberikan hasil gambar yang tajam, kaya warna, dan minim noise dalam kondisi pencahayaan cukup.

Prosesor EXR II yang digunakan juga memberikan kecepatan respons yang lumayan baik. Pengambilan gambar burst bisa dilakukan hingga 5 fps, dan autofocus cukup responsif meskipun belum secepat sistem hybrid AF milik generasi kamera terbaru.

Kekuatan utama Fujifilm X-A2 adalah simulasi warna film (Film Simulation Mode) seperti Provia, Velvia, dan Astia yang meniru karakter film analog Fujifilm. Fitur ini sangat dicintai fotografer karena langsung menghasilkan warna estetik tanpa perlu banyak editing.

Tabel Spesifikasi Fujifilm X-A2

FiturDetail
Sensor16.3 MP APS-C CMOS
ProsesorEXR Processor II
ISO200–6400 (expandable hingga 25600)
Layar3.0 inci, resolusi 920K dots, bisa diputar 175 derajat
VideoFull HD 1080p @ 30fps
AutofocusKontras Deteksi (49 titik)
Burst ShootingHingga 5 fps
KonektivitasWi-Fi built-in
Berat±350 gram (termasuk baterai dan SD card)
BateraiNP-W126, ±410 jepretan per pengisian penuh
Simulasi FilmProvia, Velvia, Astia, dan lainnya
Lens MountFujifilm X-Mount

Kelebihan Fujifilm X-A2

  • Warna JPEG yang memukau tanpa perlu editing.
  • Layar flip ideal untuk selfie dan vlogging.
  • Ringan dan ergonomis.
  • Harga second sangat terjangkau.
  • Cocok untuk pemula yang ingin belajar fotografi serius.

Kekurangan Fujifilm X-A2

  • Tidak memiliki viewfinder.
  • Autofokus kurang mumpuni di kondisi low-light.
  • Tidak ada fitur touchscreen.
  • Tidak mendukung perekaman video 4K.

Perbandingan: Fujifilm X-A2 vs Canon EOS M100 vs Sony Alpha A5000

FiturFujifilm X-A2Canon EOS M100Sony Alpha A5000
Sensor16.3 MP APS-C CMOS24.2 MP APS-C CMOS20.1 MP APS-C CMOS
Autofocus49 titik kontras detectionDual Pixel AF (kecepatan tinggi)Kontras AF
Video1080p @ 30fps1080p @ 60fps1080p @ 25fps
Layar3″ flip-up (non-touch)3″ touchscreen flip-up3″ flip-up (non-touch)
Berat±350 gram±302 gram±269 gram
KonektivitasWi-FiWi-Fi + NFCWi-Fi
Harga Second 2025± Rp 2-2,5 juta± Rp 3-3,5 juta± Rp 2,5-3 juta

Kesimpulan Perbandingan

Fujifilm X-A2 masih sangat layak dipertimbangkan di tahun ini bagi pengguna yang mencari kamera murah dengan kualitas warna foto memukau khas Fujifilm. Namun, bagi yang lebih mementingkan video dan autofocus cepat, Canon EOS M100 adalah alternatif unggul meski harganya sedikit lebih mahal.

Apakah Fujifilm X-A2 Masih Layak di Tahun Ini?

Jawabannya: Ya, terutama bagi pemula, fotografer hobi, atau bahkan content creator dengan dana terbatas. Di tengah menjamurnya kamera smartphone, X-A2 tetap memberi pengalaman fotografi yang “nyata” berkat kontrol manual, kualitas warna menawan, dan hasil gambar yang tak kalah dari kamera baru di kelas menengah.

🔹 1. Kualitas Warna yang Ikonik

Fujifilm terkenal dengan simulasi film warna seperti Provia, Velvia, dan Astia. Meski X-A2 adalah kamera entry-level, hasil warnanya tetap “nendang” dan punya karakter yang khas Fujifilm—hangat, kontras pas, dan langsung enak dilihat tanpa harus edit berat.

🔹 2. Sensor APS-C Tanpa Low-Pass Filter

X-A2 menggunakan sensor CMOS APS-C 16.3 MP tanpa low-pass filter. Artinya, foto yang dihasilkan lebih tajam, dengan detail halus tetap terjaga, meskipun ukurannya tergolong kecil dibanding kamera keluaran baru.

🔹 3. Layar Flip-Up Cocok untuk Vlogging & Selfie

Dengan layar 3 inci yang bisa ditekuk hingga 175 derajat ke atas, X-A2 jadi pilihan banyak vlogger, konten kreator, dan pengguna media sosial yang ingin hasil gambar tajam tapi dengan kemudahan frame wajah sendiri. Meskipun belum touchscreen, fitur ini masih sangat fungsional.

🔹 4. Harga Second Sangat Terjangkau

Harga bekas X-A2 di tahun 2025 berkisar Rp 2–2,5 juta lengkap dengan lensa kit. Ini membuatnya sangat terjangkau dibanding kamera mirrorless baru yang rata-rata di atas Rp 6 juta. Sangat cocok untuk yang baru mulai belajar fotografi tanpa harus keluar modal besar.

🔹 5. Kompatibel dengan Banyak Lensa

X-A2 menggunakan mount X Fujifilm, artinya kamu bisa menggunakan berbagai jenis lensa Fujinon XF/XC yang tersedia luas di pasaran. Bahkan banyak third-party lens (Meike, 7Artisans, dll.) yang mendukung sistem ini dengan harga ekonomis.

🔹 6. Desain Retro yang Selalu Disukai

Banyak pengguna tetap memilih Fujifilm X-A2 karena desain retro klasik ala kamera film, dengan tekstur kulit sintetis dan warna stylish seperti silver-brown, black, dan pink. Meski teknologinya lawas, tampilannya tetap keren saat dibawa bepergian.

🔹 7. Performa Cukup untuk Kebutuhan Sosial Media

Hasil JPEG langsung dari X-A2 sangat memuaskan untuk dipakai di Instagram, blog, portofolio, dan kebutuhan e-commerce. Dengan pencahayaan cukup, kamera ini bisa menyamai kualitas DSLR entry-level yang jauh lebih berat.


🔸 Singkatnya:

Fujifilm X-A2 tetap relevan bukan karena spek teknologinya tercanggih, tapi karena ia menawarkan esensi fotografi: warna yang indah, kontrol manual, dan pengalaman pengambilan gambar yang menyenangkan — semua itu dengan harga yang sangat terjangkau di tahun 2025.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *